Sabtu, 01 Juli 2017

Pedagogi & Andragogi dalam Psikologi Pendidikan




Pengertian
·         Andragogi berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani, yakni ‘Andra’ berarti orang dewasa dan ‘Agogos’ berarti memimpin. Andragogi kemudian dirumuskan sebagai "Suatu seni dan ilmu untuk membantu orang dewasa belajar". Kata andragogi pertama kali digunakan oleh Alexander Kapp pada tahun 1883 untuk menjelaskan dan merumuskan konsep-konsep dasar teori pendidikan Plato. Kapp membedakan antara pengertian "Social-pedagogy" yang menyiratkan arti pendidikan orang dewasa, dengan Andragogi. Dalam rumusan Kapp, "Social-pedagogy" lebih merupakan proses pendidikan pemulihan (remedial) bagi orang dewasa yang cacat. Adapun andragogi, justru lebih merupakan proses pendidikan bagi seluruh orang dewasa, cacat atau tidak cacat secara berkelanjutan.
·         Pedagogi adalah ilmu atau seni dalam menjadi seorang guru. Istilah ini merujuk pada strategi pembelajaran atau gaya pembelajaran. Pedagogi juga kadang-kadang merujuk pada penggunaan yang tepat dari strategi mengajar.
Awalnya, Knowles (1984) menggagas bahwa andragogi didasarkan pada setidaknya empat asumsi krusial tentang karakteristik pelajar dewasa berbeda dari asumsi tentang pembelajar anak yang didasarkan pedagogi tradisional. Asumsi kelima ditambahkan kemudian. Asumsi-asumsi dimaksud disajikan berikut:
1. Self-concept atau konsep diri. Sebagai orang yang matang konsep dirinya bergerak dari kepribadian tergantung ke sosok manusia yang bisa mengarahkan dirinya sndiri
2. Experience atau pengalaman. Sebagai orang dewasa manusia tumbuh laksana reservoir akumulasi pengalaman yang menjadi sumber daya yang meningkat untuk belajar.
3. Readiness to learn atau kesiapan untuk belajar. Sebagai orang dewasa kesediaan untuk belajar menjadi semakin berorientasi kepada tugas-tugas perkembangan dan peran sosialnya.
4. Orientation to learning atau orientasi untuk belajar. Sebagai orang dewasa, perspektif perubahan waktu dari salah satu aplikasi pengetahuan ditunda untuk kesiapan aplikasi, dan sesuai dengan pergeseran orientasi belajar dari slah satu subjek berpusat pada salah satu masalah.
5. Motivation to learn atau motivasi untuk belajar. Sebagai orang dewasa motivasi belajar adalah internal.

Pada tahun 1984 Knowles telah mengubah pemikirannya tentang perbedaan antara pedagogi dan andragogi. Dikotomi antara “orang anak” dengan “orang dewasa” menjadi kurang ditandai. Knowles menyatakan bahwa konten pedagogi dan andragogi itu memang berbeda, meski konten pedagogi dan andragogi itu memang berbeda,meski konten itu saja dapat berlaku sama berkenaan dengan pengenalan unsur-unsur behavioris. Karenanya, dia bahkan menambahkan asumsi kelima: sebagai orang dewasa, motivasi untuk belajar adalah internal. Namun demikian, Jarvis (1987) konsisten dengan pendapat bahwa andragogi berkaitan dengan pembelajaran orang dewasa dan pedegogi untuk pembelajaran bagi anak.
Knowles merumuskan prinsip-prinsip layanan bagi pembelajar dewasa, seperti disajikan berikut ini.
a)         Orang dewasa perlu dilibatkan dalam perencanaan dan evaluasi dari pengajaran mereka. Orang dewasa dapat mengarahkan diri untuk belajar.
b)         Pengalaman, termasuk kesalahan, menjadi fondasi dasar untuk belajar orang dewasa banyak belajar dari pengalaman.
c)         Orang dewasa paling tertarik untuk mempelajari mata pelajaran yang memiliki relevansi langsung dengan pekerjaannya atau kehidupan pribadi. Kegiatan belajar orang dewasa berorientasi pada tujuan yang relevan dengan kehidupannya.
d)         Belajar orang dewasa lebih berorientasi pada tujuan relevan dengan kehidupannya.

Fokus apa yang harus diperhatikan pada strategi pembelajaran orang dewasa? Mengingat karakteristik pelajar dewasa yang berbeda dengan anak-anak. Desainer pengajaran atau pembelajaran harus memasukkan unsur-unsur berikut ini
•           Metakognisi. Siswa dewasa lebih memilih untuk belajar nelalui penilaian diri dan koreksi diri.
•           Refleksi. Siswa dewasa melakukan refleksi atas apa yang dipejari dan perolehan belajarnya.
•           Pengalaman sebelumnya. Siswa dewasa banyak belajar dari dan menggunakan pengalam sebelumnya sebagai bekal belajar.
•           Pengalaman otentik. Siswa dewasa lebih tertarik dengan pengalaman otentik ketimbang yang abstrak.
•           Motivasi. Siswa dewasa lebih mengandalkan motivasi diri atau motivasi internal ketimbang eksternal

•           Strategi pembelajaran generatif. Kegiatan yang membantu membangun pengetahuan siswa dewasa oleh mereka sendiri.

© Psikologi Saya Kamu dan Mereka | Blogger Template by Enny Law