Pengertian
·
Andragogi berasal dari dua kata dalam
bahasa Yunani, yakni ‘Andra’ berarti orang dewasa dan ‘Agogos’ berarti
memimpin. Andragogi kemudian dirumuskan sebagai "Suatu seni dan ilmu untuk
membantu orang dewasa belajar". Kata andragogi pertama kali digunakan oleh
Alexander Kapp pada tahun 1883 untuk menjelaskan dan merumuskan konsep-konsep
dasar teori pendidikan Plato. Kapp membedakan antara pengertian
"Social-pedagogy" yang menyiratkan arti pendidikan orang dewasa,
dengan Andragogi. Dalam rumusan Kapp, "Social-pedagogy" lebih
merupakan proses pendidikan pemulihan (remedial) bagi orang dewasa yang cacat.
Adapun andragogi, justru lebih merupakan proses pendidikan bagi seluruh orang
dewasa, cacat atau tidak cacat secara berkelanjutan.
·
Pedagogi adalah ilmu atau seni dalam
menjadi seorang guru. Istilah ini merujuk pada strategi pembelajaran atau gaya
pembelajaran. Pedagogi juga kadang-kadang merujuk pada penggunaan yang tepat
dari strategi mengajar.
Awalnya, Knowles (1984) menggagas bahwa
andragogi didasarkan pada setidaknya empat asumsi krusial tentang karakteristik
pelajar dewasa berbeda dari asumsi tentang pembelajar anak yang didasarkan
pedagogi tradisional. Asumsi kelima ditambahkan kemudian. Asumsi-asumsi
dimaksud disajikan berikut:
1. Self-concept atau konsep diri.
Sebagai orang yang matang konsep dirinya bergerak dari kepribadian tergantung
ke sosok manusia yang bisa mengarahkan dirinya sndiri
2. Experience atau pengalaman. Sebagai
orang dewasa manusia tumbuh laksana reservoir akumulasi pengalaman yang menjadi
sumber daya yang meningkat untuk belajar.
3. Readiness to learn atau kesiapan
untuk belajar. Sebagai orang dewasa kesediaan untuk belajar menjadi semakin
berorientasi kepada tugas-tugas perkembangan dan peran sosialnya.
4. Orientation to learning atau
orientasi untuk belajar. Sebagai orang dewasa, perspektif perubahan waktu dari
salah satu aplikasi pengetahuan ditunda untuk kesiapan aplikasi, dan sesuai
dengan pergeseran orientasi belajar dari slah satu subjek berpusat pada salah
satu masalah.
5. Motivation to learn atau motivasi
untuk belajar. Sebagai orang dewasa motivasi belajar adalah internal.
Pada tahun 1984 Knowles telah mengubah
pemikirannya tentang perbedaan antara pedagogi dan andragogi. Dikotomi antara
“orang anak” dengan “orang dewasa” menjadi kurang ditandai. Knowles menyatakan
bahwa konten pedagogi dan andragogi itu memang berbeda, meski konten pedagogi
dan andragogi itu memang berbeda,meski konten itu saja dapat berlaku sama berkenaan
dengan pengenalan unsur-unsur behavioris. Karenanya, dia bahkan menambahkan
asumsi kelima: sebagai orang dewasa, motivasi untuk belajar adalah internal.
Namun demikian, Jarvis (1987) konsisten dengan pendapat bahwa andragogi
berkaitan dengan pembelajaran orang dewasa dan pedegogi untuk pembelajaran bagi
anak.
Knowles merumuskan prinsip-prinsip
layanan bagi pembelajar dewasa, seperti disajikan berikut ini.
a) Orang dewasa perlu dilibatkan dalam
perencanaan dan evaluasi dari pengajaran mereka. Orang dewasa dapat mengarahkan
diri untuk belajar.
b) Pengalaman, termasuk kesalahan,
menjadi fondasi dasar untuk belajar orang dewasa banyak belajar dari
pengalaman.
c)
Orang dewasa paling tertarik
untuk mempelajari mata pelajaran yang memiliki relevansi langsung dengan
pekerjaannya atau kehidupan pribadi. Kegiatan belajar orang dewasa berorientasi
pada tujuan yang relevan dengan kehidupannya.
d) Belajar orang dewasa lebih
berorientasi pada tujuan relevan dengan kehidupannya.
Fokus apa yang harus diperhatikan pada
strategi pembelajaran orang dewasa? Mengingat karakteristik pelajar dewasa yang
berbeda dengan anak-anak. Desainer pengajaran atau pembelajaran harus memasukkan
unsur-unsur berikut ini
• Metakognisi. Siswa dewasa lebih
memilih untuk belajar nelalui penilaian diri dan koreksi diri.
• Refleksi. Siswa dewasa melakukan
refleksi atas apa yang dipejari dan perolehan belajarnya.
• Pengalaman sebelumnya. Siswa dewasa
banyak belajar dari dan menggunakan pengalam sebelumnya sebagai bekal belajar.
• Pengalaman otentik. Siswa dewasa
lebih tertarik dengan pengalaman otentik ketimbang yang abstrak.
• Motivasi. Siswa dewasa lebih
mengandalkan motivasi diri atau motivasi internal ketimbang eksternal
• Strategi pembelajaran generatif.
Kegiatan yang membantu membangun pengetahuan siswa dewasa oleh mereka sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar