Tugas Kelompok: Observasi
Sekolah
Dosen
Pengampu :
Filia
Dina Anggraeni, M.Pd
Lita
Hadiati, M.Pd, Psikolog
Ika
Sari Dewi, M.Pd.Psikolog
Disusun
Oleh :
1.Shinta Dwi U. 161301158
2.Christina
Okt. 161301171
3.Meyfriza
Syahfira Nst. 161301189
4.Johari
Purba 161301219
5.Nurchairiah
Lbs. 161301220
6.Marsha
Regita 161301232
7.Jaya
Ananta 161301234
(Diajukan
Untuk Memenuhi Tugas Psikologi Pendidikan)
Fakultas
Psikologi
UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA
TAHUN
AJARAN
2016/2017
Mengukur Kemampuan
Untuk Mengatasi Stress Pada Siswa/I SMA Negeri 2 Medan Pada Masa Pra-Ujian
BAB I
PENDAHULUAN
Sekolah merupakan rumah kedua bagi anak setelah keluarga. Anak
(peserta didik) mendapatkan pengajaran tentang ilmu dari guru (pendidik).
Dengan harapan, peserta didik dapat menjadi seorang yang mandiri untuk memenuhi
kebutuhannya di masa yang akan datang. Apabila kita melihat siswa-siswi di SMA
Negeri 2 Medan nampaknya mereka riang gembira dan jauh dari masalah-masalah,
tetapi beberapa penelitian menemukan bahwa siswa-siswi ditingkat SMA mempunyai
tingkat stres yang membuatnya merasa takut dan menimbulkan perasaan yang
tertekan bagi siswa. Madrasah Ibtidaiyah merupakan sebuah lembaga yang sangat
fundamental dalam pengaruhnya bagi perkembangan peserta didik. Maka dari itu
SMA Negeri 2 Medan sebaiknya didesain sebaik mungkin supaya peserta didik
merasa nyaman dan senang ketika berada di sekolah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Stress
Stress merupakan realitas kehidupan manusia setiap hari. Manusia
tidak dapat menghindarinya sebagai bagian dari pengalaman hidup, stres
merupakan hal yang rumit, kompleks. Oleh karena itu stres dapat dilihat dari
sudut pandang yang berbeda. Stres adalah setiap perubahan yang memerlukan
penyesuaian. Biasanya jika berfikir tentang kejadian yang menimbulkan stres
dianggap sebagai kejadian yang negatif, seperti kehilangan barang, sakit atau
yang lainnya.
Pada khasanah psikologi khususnya dalam kajian tentang stress,
istilah stres sekolah merupakan istilah yang relatif baru. Konsepschool
stress yang belakangan ini
mulai diminati oleh sejumlah peneliti psikologi dan pendidikan untuk memahami
kondisi stress yang dialami oleh siswa di sekolah, sebenarnya bukanlah konsep
yang orisinil dan sama sekali baru, tetapi lebih merupakan stres yang dialami
individu akibat tuntutan organisasi atau tuntutan pekerjaannya.
Desmita mendefinisikan stres sekolah sebagai ketegangan
emosional yang muncul dari peristiwa-peristiwa kehidupan sekolah dan perasaan
terancamnya keselamatan atau harga diri siswa, sehingga memunculkan
reaksi-reaksi fisik, psikologis, dan tingkah laku yang berdampak pada
penyesuaian psikologis dan prestasi akademis.
Dengan demikian yang dimaksud dengan stres sekolah adalah
kondisi stres atau perasaan tidak nyaman yang dialami oleh siswa akibat adanya
tuntutan sekolah yang dinilai menekan, sehingga memicu terjadinya ketegangan
fisik, psikologis, dan perubahan tingkah laku, serta dapat memengaruhi prestasi
belajar mereka.
B. Sumber Stress
Stress yang dialami oleh siswa bersumber dari berbagai tuntutan
sekolah. Ada empat tuntutan sekolah yang menjadi sumber stres bagi siswa, yaitu physical demands, task
demands, role demands, dan interpersonal demands.
Untuk lebih jelasnya tentang keempat dimensi tuntutan sekolah
yang menjadi sumber stres siswa tersebut, berikut akan diuraikan.
1. Physical
Demands (Tuntutan
Fisik)
Maksudnya adalah stres siswa yang bersumber dari lingkungan
fisik sekolah. Dimensi-dimensi dari lingkungan ini meliputi : keadaan iklim
ruangan kelas, temperatur yang tinggi, pencahayaan dan penerangan,
sarana-prasarana penunjang pendidikan, daftar pelajaran, kebersihan dan
kesehatan sekolah, keamanan sekolah, dan sebagainya.
2. Task Demands (Tuntutan
Tugas)
Task demands atau
tuntutan tugas dalam konsep stres sekolah ini dapat diartikan sebagai
tugas-tugas pelajaran yang harus dikerjakan atau dihadapi oleh peserta didik
yang menimbulkan perasaan tertekan atau stres. Aspek-aspek ini meliputi:
tugas-tugas yang dikerjakan di sekolah dan di rumah, mengikuti pelajaran,
memenuhi tuntutan kurikulum, menghadapi ulangan atau ujian, mematuhi disiplin
sekolah, penilaian, dan mengikuti berbagai kegiatan ekstrakurikuler.
3. Role Demands (Tuntutan
Peran)
Sekumpulan kewajiban yang diharapkan dipenuhi oleh masing-masing
individu sesuai dengan posisinya inilah yang disebut dengan peran. Peran inilah
yang mempertemukan seseorang dengan lingkungan sosialnya. Peran secara khusus
berkaitan dengan sekumpulan harapan yang dimiliki oleh seseorang dan orang lain
yang membentuk lingkungan sosial. Harapan ini tidak hanya berupa tingkah laku
atau tindakan, melainkan juga meliputi harapan tentang motivasi, perasaan,
nilai-nilai, dan sikap. Semua harapan peran ini dapat menjadi salah satu sumber
stres bagi siswa, terutama ketika ia merasa tidak mampu memenuhi
harapan-harapan peran tersebut.
4. Interpersonal
Demands (Tuntutan
Interpersonal)
Di lingkungan sekolah, siswa tidak hanya dituntut untuk dapat mencapai
prestasi akademik yang tinggi, melainkan juga harus mampu melakukan interaksi
sosial atau menjalin hubungan baik dengan orang lain. Meskipun data penelitian
dan pengalaman telah menunjukan bahwa interaksi sosial di sekolah merupakan
salah satu faktor penting yang turut memengaruhi perkembangan kepribadian
siswa, namun di sisi lain interaksi sosial di sekolah ini juga dapat menjadi
sumber stres bagi mereka. Banyak dari dimensi interaksi sosial di sekolah ini
yang dapat menimbulkan ketegangan dalam diri siswa, seperti ketidakmampuan
menjalin hubungan interpersonal yang positif dengan guru dan teman sebaya,
menghadapi persaingan dengan teman, kurangnya perhatian dan dukungan dari guru,
perlakuan guru yang tidak adil, dijauhi dan dikucilkan teman, dan sebagainya.
Rice dalam Desmita, membedakan dua tipologi sumber stres
sekolah, yaitu personal and social
stressor, danacademssoic
stres.
Personal and Social Stressor, adalah stres
siswa yang bersumber dari diri pribadi dan lingkungan sosial. Meliputi isu-isu
: transisi, lingkungan tempat tinggal, saudara dan teman lama.
Academis Stressor, adalah
stres siswa yang bersumber dari proses belajar mengajar atau hal-hal yang
berhubungan dengan kegiatan belajar, yang meliputi : tekanan untuk naik kelas,
lama belajar, menyontek, banyak tugas, mendapat nilai ulangan, dan lain-lain.
Stres pada anak sering kali bisa terlihat melalui tubuhnya.
Misalnya munculnya jerawat, problem pencernaan, insomnia, kelelahan, sakit kepala,
dan masalah sewaktu buang air, maupun reaksi psikosomatik lainnya mungkin
merupakan tanda-tanda bahwa ada tekanan pada diri anak.
Beberapa stres yang dialami seorang siswa antara lain:
a. Tekanan Orang
Tua
Orang tua ingin yang terbaik dengan masa depan anaknya. Untuk
mencapai nilai terbaik, maka orang tua membebani anak-anaknya dengan berbagai
kursus pelajaran yang dapat secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi
kesehatan anak, istirahatnya, dan perkembangannya.
Banyak orang tua tidak menyadari bahwa membantu si anak merasa
relaks justru akan menyegarkan pikiran dan membantunya belajar dengan lebih
baik. Sebaliknya para orang tua terus membebani anak-anak mereka untuk
mendapatkan prestasi terbaik dan lulus ujian dengan memuaskan.
b. Tekanan Guru
Sama seperti orang tua, banyak guru ingin siswanya mendapat
nilai terbaik. Guru selalu mendorong muridnya untuk unggul dalam pelajaran,
terutama jika muridnya berprestasi.
Mengapa guru juga ikut menekan murid-muridnya mendapat nilai
terbaik? Karena reputasi guru dan sekolah dipertaruhkan saat ujian sekolah,
khususnya Ujian Nasional.
c. Tekanan dari
Sesama Siswa
Semangat kompetisi akan semakin memanas menjelang ujian sekolah.
Setiap siswa berlomba-lomba untuk menunjukkan prestasi terbaik. Bahkan segala
cara dilakukan untuk meraih nilai tertinggi termasuk menyontek maupun
mencari bocoran soal.
d. Tekanan dari
Diri Sendiri
Siswa berprestasi cenderung menjadi perfeksionis. Sehingga jika
suatu kemunduran atau kegagalan terjadi, entah itu nyata atau masih belum
terjadi, dapat membuat stres dan depresi.
Alat atau Bahan
1.
Kuesioner sebagai alat
ukur tes
2.
Kamera untuk dokumentasi
3.
Reward berupa pulpen
Analisis Data
Metode yang kami gunakan dalam menyelesaikan proyek
pendidikan terhadap stress pada siswa/i pada masa pra-ujian adalah sebagai
berikut :
1.Metode Survey
Kami
menggunakan kuisioner dengan membagikan kepada 60 subjek sampel kami.Kuisiner
terbagi menjadi 3 bagian.Bagian pertama mengenai tingkat stress,bagian kedua
mengenai relaksasi dalam menghadapi ujian,bagian ketiga mengenai berpikir
positif dalam menghadapi ujian.
2.Metode Wawamcara
Kami juga sempat melakukan wawancara
kepada beberapa siswa/I di SMA Negeri 2 Medan.Pertanyaan yang kami lontarkan
seputar menghadapi ujian,
Objek atau Subjek
Data diambil di sekolah SMA Negeri 2 Medan
dengan subjek penelitian adalah murid SMA Negeri 2 Medan.Sampel yang digunakan
berjumlah 60 orang.30 orang yang diambil dari kelas XI IPA 8 dan 30 orang dari
kelas XI IPS 2
Kalkulasi Biaya
1.
Biaya fotokopi
kuesioner : Rp 12.000,-
2.
Biaya reward : Rp 60.000,-
BAB III
PELAKSANAAN
Jadwal Pelaksanaan
Pelaksanaan
Penelitian dilakukan pada tanggal 30 Maret
2017 ke sekolah SMA Negeri 2 Medan. Kelompok berangkat dari rumah masing-masing
jam 5.30 pagi dan sampai di sekolah SMA Negeri 2 Medan jam 7. Larena sekolah
memulai kegiatan belajar mengajar tepat pada jam 7 pagi.Sebelum memasuki
gerbang sekolah kelompok memeriksa terlebih dahulu barang-barang yang telah
dipersiapkan untuk melakukan penelitian, berupa kuesioner, reward dan kamera.
Setelah semuanya lengkap, kelompok memasuki gerbang sekolah dan meminta izin
kepada petugas piket untuk bertemu dengan ibu Nurhalizah M.pd selaku petugas
kurikulum. Sesampainya di ruang kurikulum, kelompok diminta menunggu sebentar
karena petugas kurikulum mencarikan kelas yang dapat di observasi.
Setelah mendapatkan kelas yang dapat
diobservasi.Kami pun masuk keruang kelas yang ditentukan yaitu ruang kelas XI
IPA 8 dan XI IPS 2.Kami pun membagi kelompok menjadi 2 bagian.Kami pun langsung
memperkenalkan diri kepada siswa/I dikelas.Kami pun membagikan kuisioner serta
memberikan reward berupa pulpen untuk mengisi kuisioner.Kami mengambil waktu 90
menit untuk observasi kelas.Pada saat jam istirahat.Kami mewawancarai beberapa
siswa/I mengenai menghadapi ujian dan bagaimana persiapan dalam menghadapi
ujian.
Setelah selesai, kelompok pun bertemu kembali dengan
ibu Nurhalizah M.Pd karena telah memberikan izin untuk kami mengobservasi
siswa/I di SMA Negeri 2 Medan. Kelompok pun berjabat tangan dan mengucapkan
terima kasih serta berfoto dengan beliau. Terakhir, kelompok pun mengabadikan
beberapa foto didalam dan disekitar sekolah Sutomo 2.
Dokumentasi
Laporan dan Evaluasi
Bagian 1 :Mengelolah
Sumber Stress
Pertanyaan
|
SS
|
S
|
TS
|
STS
|
Pada pagi hari,saya terbiasa merencanakan
kegiatan yang akan saya lakukan seharian,terutama belajar
|
||||
Saya merubah suasana disekitar saya agar
mood belajar menjadi lebih positif
|
||||
Gadget adalah alat yang bagus untuk mencari
bahan/materi pelajaran
|
||||
Saya tidak malu ataupun segan untuk meminta
bantuan dari orang lain tentang pelajaran yang tidak saya mengerti
|
||||
Saya menjaga meja belajar saya agar bersih
dari barang-barang yang tidak berguna dalam belajar
|
||||
Saya memiliki daftar kegiatan belajar yang
harus saya lakukan
|
||||
Saya punya acara tersendiri untuk membuat
belajar say menjadi prioritas kegiataan
|
||||
Saya jarang mengalami masalh atau gangguan
ketika sedang belajar
|
||||
Saya meletakkan bahan pelajaran pada tempat
yang mudah ditemukan ketika dibutuhkan
|
||||
Saya membuat catatan kecil agar ingat apa
yang harus dipelajari
|
Bagian 2 :Relaksasi
Pertanyaan
|
SS
|
S
|
TS
|
STS
|
Saya bisa menyalurkan emosi positif dengan
baik
|
||||
Membayangkan hal-hal yang menyenangkan dapat
memperbaiki mood untuk belajar
|
||||
Saya suka meregangkan atau melemaskan tubuh
agar lebih rileks dalam belajar
|
||||
Cara saya duduk dan berdiri membuat saya
lebih nyaman dalam belajat
|
||||
Saya tahu cara saya mengatur nafas agar saya
bisa lebih tenang
|
||||
Saya sering dipijat/memijat diri sendiri
sebelum belajar agar badan lebih rileks
|
||||
Saya berolahraga dengan rutin
|
Bagian 3 :Berpikir
Positif
Pertanyaan
|
SS
|
S
|
TS
|
STS
|
Saya dapat membuat diri saya lebih semangat
untuk belajar
|
||||
Saya terkadang menggunakan humor untuk
mengurangi perasaan tegang saat akan ujian
|
||||
Saya berusaha untuk memperbaiki cara piker
yang dapat menghambat meningat pelajaran
|
Testimonial
Shinta Dwi Uljanah
(16-158)
Menurut Saya kegiatan observasi ini adalah hal yang
menakjubkan. Karena kegiatan ini kali pertama saya lakukan. Super excited,
deg-degan. Selalu menjadi pertanyaan, gimana ya entar tanggapan adik-adiknya.
Ternyata tidak seburuk yang saya fikirkan. Selain menambah pengalaman. Banyak
ilmu baru yang saya dapatkan. Dari keberanian untuk berbicara di depan
adik-adik, strategi menarik perhatian adik-adiknya, dan banyak lagi. Disini
saya ingin mengucapkan ribuan terima kasih untuk pihak sekolah yang mengizinkan
kami melakukan observasi, untuk adik adik yang kami ganggu waktu ngerjain
tugasnya hehe, terima kasih untuk teman marsha yang mau pinjami almamaternya,
dan tentu saja terima kasih untuk teman sekelompok yang karena kalian dapat
terlaksana juga observasi ini. Terima kasih banyak semuanya.
Christina
Oktaviani(16-171)
Menurut saya, tugas observasi ini adalah tugas yang
menyenangkan, karena saya mendapatkan banyak hal baru. Dari kegiatan tersebut
saya belajar bagaimana cara kita bersikap kepada setiap individu yang berbeda,
dari situ saya belajar bekerja sama dalam kelompok. Saya juga mengucapkan
banyak Terimakasih kepada teman-teman sekelompok yang sudah membantu dan dapat
bekerjasama dalam menyelesaikan tugas ini dengan baik. Sekian yang dapat saya
sampaikan.. Trimagajihhhh
Meyfriza Syahfira Nst.
(16-189)
Menurut saya, observasi yang kami lakukan pada
tanggal 30 Maret 2017 lalu adalah hal yang menyenangkan. Kami melakukan
observasi di sekolah SMAN 2 Medan. Jujur saja, saya sangat excited ketika dosen
memberitahu bahwa kami akan melakukan observasi ke sekolah. Sekolah tersebut
sangat membuka tangan dan jalan bagi pemenuhan tugas kuliah kami ini, mereka
dengan baik hati memberikan kami waktu luang agar dapat memperhatikan cara
belajar mereka dan mengizinkan kami berkomunikasi dengan anak SMA yang ada baik
IPA maupun IPS. Anak-anak disana juga memberikan sambutan baik atas kehadiran
kami disana termasuk juga dengan guru-guru yang juga mengerti akan keperluan
pengambilan data yang kami lakukan. Terutama, saya juga mengucapkan terimakasih
kepada teman-teman satu kelompok yang sudah dapat bekerjasama dengan baik demi
pemenuhan tugas tersebut. Sekian yang dapat saya sampaikan. Terimakasih.
terimakasih kepada Tuhan ymedimana atas rahmat nya
kita masih diberikan kesehatan sehingga bisa melakukan kegiatan kita
sehari-hari. saya juga sangat berterima
kasih pada dosen pembimbing psikologi pendidikan yg telah membimbing kami.
selama perkuliahan psikologi pendidikan. selama belajar psikologi pendidikan
saya jadi bisa menemukan jati diri saya, mengetahui saya bagian dari teori mana
dan mampu menyelesaikan masalah dalam kehidupan saya.
Nur Chairiah Lubis
(16-220)
Menurut saya observasi tugas kelompok yang kami
lakukan ini merupakan pengalaman baru bagi kami dan ini hal yg menyenangkan
juga bisa mengobservasi langsung bagaimana kegiatan belajar mengajar dalam
kelas dan mengaitkan nya dalam bahasan Psikologi Pendidikan. Suatu pengalaman
baru yang berharga. Dalam observasi ini sendiri ada sedikit kendala dalam
menentukan kelas mana yg akan diobservasi tapi secara keseluruhan observasi
kami berjalan lancar didukung dengan pihak sekolah yang mempermudah proses nya.
Marsha Regita W.E.P
(16-232)
Tugas observasi seperti ini sangat mennyenangkan.Karena
kita dilatih untuk berbicara lalu menghadapi orang banyak.Saya sangat
bersemangat pada saat mendapat tugas observasi walaupun mendapat banyak kendala
seperti izin dari sekolah.Terima kasih kepada pihak yang terkait yang telah
membantu melancarkan proses observasi.
Kesimpulan
Jadi dari hasil penghitungan dari kuisioner
serta wawancara terhadap siswa/i SMA Negeri 2 Medan antara lain :
·
Tingkat stress pada kelas IPA 3,87
dari 4,00 itu berarti siswa/i SMA Negeri 2 Medan mempunyai tingkat stress yang
kecil.Pada kelas IPA siswa/i lebih siap menghadapi ujian.Sedangkan pada kelas
IPS 3,69 dari 4,00 yang mempunyai selisih sedikit dengan dengan kelas IPA.Sama
dengan kelas IPA,kelas IPS mempunyai tingkat stress yang kecil dalam menghadapi
ujian.
·
Tingkat relaksasi pada kelas
IPA 3,45 dari 4,00 sedangkan kelas IPS 3,23 dari 4,00 angka ini masih di
kategori kan bahwasanya siswa/i rileks dalam menghadapi ujian.
·
Berpikir positif mengenai
proses selama ujian berlangsung.Dimana kelas IPA memperoleh 3,92 dari 4,00 dan
kelas IPS memperoleh 3,85 dari 4,00.Ya siswa/i mungkin sudah mengetahui batas
kemampuan dalam belajar sehingga dapat berpikir positif pada saat proses ujian
berlangsung.
·
Siswa menuntut untuk diberikan
fasilitas sesuai dengan uang sekolah yang dikeluarkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar